skip to Main Content

Wabup Samosir Resmikan Museum Pusaka Batak Toba, Serahkan Dukungan Rp. 50 Juta

 

Kominfo Samosir (19/12)

Wakil Bupati Samosir Ariston Tua Sidauruk meresmikan Museum Pusaka Batak Toba sekaligus Pusat Studi Budaya Batak yang berlokasi di Komplek Gereja Katolik Inkulturatif Santo Mikhael, Pangururan,(18/12/2025).

Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti serta peninjauan langsung ke dalam museum yang telah berisi berbagai benda pusaka Batak Toba. Museum ini juga dilengkapi fasilitas pendukung berupa homestay bernuansa budaya, kafe, serta area UMKM.

Hadir dalam kegiatan tersebut Asisten I Sekdakab Samosir Tunggul Sinaga, Kabag Tapem Belman Sinaga, Minister Provinsial Ordo Kapusin Medan Pastor Yasafat Ivo Sinaga, Pastor Paroki Santo Mikhael Pangururan Pastor Elio Sihombing, Direktur Yayasan Pusaka Batak Toba Pastor Theodorus Sitinjak, serta para suster, bruder, dan prater.

Wabup Ariston mengapresiasi peran umat Katolik dalam upaya pelestarian budaya Batak melalui pendirian Museum Pusaka Batak Toba. Menurutnya, langkah tersebut merupakan bentuk dukungan nyata gereja terhadap pemerintah daerah dalam menjaga warisan budaya.

“Ini adalah momen yang kita nantikan, terutama untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya Batak. Hari ini kita wujudkan,” ujar Ariston.

Ariston menilai museum ini menjadi ruang penting yang menyimpan simbol-simbol budaya Samosir, mulai dari artefak kecil hingga berbagai pusaka peninggalan nenek moyang suku Batak.
“Kami sangat mengapresiasi kehadiran museum ini karena mendukung pariwisata Samosir agar semakin maju. Gereja hadir membawa warna baru yang terintegrasi. Ini sangat berguna bagi kesejahteraan umat,” katanya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mempromosikan museum tersebut karena telah dilengkapi berbagai fasilitas pendukung.
“Mari kita viralkan dan promosikan bahwa museum ini lengkap dengan kafe, UMKM, dan homestay. Ini adalah kecocokan yang sempurna,” tambahnya.

Sebagai bentuk dukungan nyata, Ariston menyerahkan bantuan dari Pemkab. Samosir sebesar Rp. 50 juta untuk perbaikan dan pengembangan museum ke depan. Ia juga membuka peluang kerja sama di bidang seni dan budaya agar memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

Sementara itu, Pastor Paroki Santo Mikhael Pangururan, Elio Sihombing, berharap adanya perhatian pemerintah dalam penataan kawasan museum agar benar-benar menjadi tempat pendalaman budaya dan iman bagi masyarakat.

Direktur Yayasan Pusaka Batak Toba, Pastor Theodorus Sitinjak, menegaskan bahwa museum tersebut terbuka untuk umum.
“Museum ini bukan hanya milik umat Katolik, tetapi terbuka untuk semua,” ujarnya.
Ia menjelaskan museum tersebut dikonsep dengan area parkir luas serta ruang terbuka hijau. Ke depan, pihak yayasan berencana menjalin kerja sama dengan dinas pariwisata dan kebudayaan serta dinas pendidikan.
“Kami berharap seluruh pelajar di Samosir dapat berkunjung ke sini sehingga museum ini benar-benar menjadi pusat studi budaya bagi generasi muda,” jelasnya.

Ia juga berharap Pemkab Samosir dapat menggelar berbagai event budaya di lokasi museum.“Kami ingin membantu pemerintah. Semoga museum ini membawa sukacita dan kegembiraan, sehingga Samosir sebagai kepingan surga semakin berjaya,” ucapnya.

Minister Provinsial Ordo Kapusin Medan, Pastor Yasafat Ivo Sinaga, mengatakan museum bukan sekadar tempat menyimpan artefak, melainkan ruang untuk memahami sejarah pembentukan manusia.

“Di dalam artefak terdapat budaya yang melahirkan kemanusiaan. Gereja mencintai budaya dan tidak pernah bercita-cita menghancurkan budaya. Kami tidak hanya mendirikan gereja, tetapi juga membentuk kemanusiaan,” katanya.

Ia mengajak masyarakat Samosir untuk kembali melihat masa lalu sebagai pijakan membentuk manusia di masa depan.
“Manusia tidak bisa lepas dari budaya. Jika lepas, maka hilanglah identitas kemanusiaannya. Orang Batak bisa eksis karena memelihara budayanya,” pungkasnya.
Menurutnya, hingga saat ini Ordo Kapusin telah mendirikan dua museum budaya, masing-masing di Karo dan Samosir.
“Kami tidak sanggup berdiri sendiri dan tetap berharap dukungan masyarakat serta pemerintah. Museum ini adalah tempat belajar tentang budaya, karena kami mencintai kehidupan dan budaya,” tutupnya.

Bagikan Artikel :
Back To Top
Search