
KETUA TPPS TEKANKAN KERJASAMA TIM, SELAIN GIZI PERLU EDUKASI ORANGTUA MENGUBAH POLA ASUH ANAK
Kominfo Samosir (23/10)
Meski berbagai program pemberian makanan tambahan terus dilakukan, angka stunting di Kabupaten Samosir masih meningkat. Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) diwakili Asisten II Hotraja Sitanggang menilai persoalan utama bukan hanya pada makanan, tetapi juga pada pola asuh dan perilaku keluarga.
“Pemberian makanan sudah sangat banyak, malah semakin bertambah. Tapi angka stunting juga ikut naik. Artinya, bukan di situ masalahnya,” tegas Hotraja, dalam rapat koordinasi penurunan stunting di Samosir, Rabu (22/10/2025).
Ia menekankan pentingnya edukasi masyarakat melalui peran aktif PKK, PPLKB, PKH, bidan desa, tim pendamping keluarga dan seluruh tim yang terlibat. “Harus turun bersama. Sekali turun ke lapangan, semua petugas langsung edukasi. Jangan sendiri-sendiri,” katanya.
Menurut Hotraja, demi mewujudkan Samosir Emas 2045, semua pihak harus berkolaborasi. “Sekali mengunjungi tapi harus lengkap. Kalau ada yang membandel, harus kita tindak,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Samosir mendorong agar semua tim yang tergabung dalam TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) menjalankan fungsi edukasi dengan pendekatan budaya Dalihan Natolu/ kearifan lokal masyarakat. “Kalau lewat Dalihan Natolu, orang tua lebih mau mendengarkan. Ini cara kita agar edukasi diterima dengan hati,” ujar Hotraja.
Ia berharap seluruh petugas di lapangan merekam data dan informasi secara akurat agar program intervensi bisa disusun sesuai kebutuhan anak stunting di setiap lokus.
“Potret di lapangan harus jelas. Dari situ kita tahu tindakan apa yang paling tepat,” pungkasnya.
Kepala Dinas Sosial Samosir menyebut dari total Rp.99 miliar dana desa tahun 2025, sekitar Rp. 8 miliar dialokasikan khusus untuk penanganan stunting. “Angka ini sudah cukup besar. Tinggal bagaimana kita gotong royong di lapangan,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Kesmas Dinas Kesehatan, Mawarisa Sitinjak, mengungkapkan temuan bahwa dari 120 anak stunting yang diperiksa kadar Hb-nya, 45 anak atau 55 persen mengalami anemia. “Kasat mata tampak sehat, tapi Hb rendah. Akibatnya penyerapan nutrisi tidak maksimal
Bahkan ada yang kadar Hb-nya cuma 7 sampai 8. Secara kasat mata kelihatan sehat, tapi ternyata anemia,” jelas Mawarisa.
Menurutnya, anemia membuat tubuh anak sulit menyerap nutrisi dengan baik. “Hb itu penting untuk membawa oksigen bersih ke seluruh tubuh. Kalau kurang, anak jadi lemas dan gizinya tidak terserap sempurna,” tambahnya.
Mawarisa juga menyoroti pola asuh yang kurang tepat, seperti pemberian makanan selingan yang tidak sesuai, pola tidur tidak teratur, hingga anak yang sering dititip tanpa perhatian gizi. “Banyak anak dengan infeksi tidak diobati. Padahal mereka perlu perawatan agar asupan gizi bisa bekerja optimal,” jelasnya.
Ia menilai pola asuh yang kurang tepat, seperti pemberian makanan selingan yang salah dan pola tidur tidak teratur ikut memperburuk kondisi anak. Pemkab Samosir pun akan memperkuat edukasi dengan pendekatan kearifan lokal Dalihan Natolu, agar pesan kesehatan lebih mudah diterima masyarakat.
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Samosir Ny. Kennauli A. Sidauruk, mengajak seluruh pihak, terutama OPD terkait, untuk berkolaborasi menurunkan angka stunting hingga ke tingkat desa. Ia menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan anak sebelum pemberian makanan tambahan dan vitamin agar gizi sesuai kebutuhan. “PKK akan memperkuat kerja sama dengan pemerintah desa dan seluruh tim untuk menekan angka stunting” katanya.
Bagikan Artikel :